BIMA, DISWAY.ID – Wali Kota Bima, A. Rahman menyampaikan pesan mendalam dan menggugah soal makna pengorbanan serta perubahan bagi masa depan Kota Bima.
Dalam suasana penuh khidmat di Lapangan KSOP/Pelabuhan Bima, ribuan warga tumpah ruah mengikuti Salat Idul Adha 1446 H
Dalam pidatonya usai Salat Id, Wali Kota mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan momen Idul Adha bukan sekadar ritual tahunan, tetapi sebagai bahan perenungan atas perjalanan bersama membangun kota.
Ia menekankan, kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS bukan hanya simbol ketaatan, tetapi juga gambaran tentang betapa beratnya jalan menuju kemajuan.
“Tidak ada perubahan tanpa rasa sakit, tidak ada kemajuan tanpa kesungguhan. Nabi Ibrahim diuji bukan untuk disakiti, melainkan untuk ditinggikan derajatnya. Begitu pula kita sebagai kota, pasti akan diuji,” tegas Wali Kota dikutip dari laman resmi Pemkot Bima.
BACA JUGA:257 Peselancar Wakil 17 negara Terdaftar Pada WSL Krui Pro 2025
Lebih jauh, Wali Kota A. Rahman menyinggung berbagai kebijakan pembenahan Kota Bima yang belakangan menimbulkan pro dan kontra.
Seperti relokasi pedagang kaki lima dan penataan kawasan kumuh, yang menurutnya memang menimbulkan ketidaknyamanan di awal, namun diperlukan untuk membangun kota yang lebih tertib dan layak huni.
“Seperti kurban, di mana kita menyerahkan sebagian harta untuk orang lain, penataan kota juga membutuhkan kerelaan untuk menggeser ego pribadi demi kemaslahatan seluruh warga,” ujarnya penuh makna.
BACA JUGA:7 Destinasi Wisata di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang Wajib Dikunjungi saat ke Lombok
Ia pun menegaskan bahwa pembangunan fisik harus diiringi dengan perubahan pola pikir dan budaya.
Kota yang bersih dan indah tidak akan tercapai jika warganya masih mempertahankan kebiasaan lama yang bertentangan dengan semangat keteraturan.
BACA JUGA:Wali Kota Mataram Serahkan Hewan Kurban dari Presiden RI saat Hari Raya Idul Adha
Dalam sambutannya, Wali Kota kembali menggarisbawahi visi Kota Bima yang ingin diwujudkan melalui sinergi antara pemerintah dan masyarakat: Bersih, Indah, Sehat, dan Asri.
Ia menyebutkan bahwa kebersihan bukan semata soal menyapu jalanan, tapi juga mencakup sikap mental dan budaya warga yang tertib dan bertanggung jawab.