Dalam pertemuan Mei 2024 di Pangkalan Udara al-Udeid, Qatar, para perwakilan militer Israel bahkan melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah negara Arab yang hadir.
Panduan internal pertemuan tersebut mencakup berbagai pengingat sensitif, termasuk larangan menyajikan makanan berbahan dasar babi dan krustasea untuk menghormati keyakinan peserta Yahudi dan Muslim.
Latihan Anti-Terowongan dan Operasi Informasi Lawan Iran
Salah satu dokumen memaparkan bahwa pasukan AS telah melatih militer negara mitra dalam teknik mendeteksi dan menghancurkan terowongan bawah tanah strategi perang utama yang digunakan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Selain itu, Centcom juga memimpin sesi perencanaan untuk operasi informasi yang bertujuan menandingi propaganda Iran yang menyebut diri mereka sebagai pelindung Palestina.
Dokumen tahun 2025 menyoroti upaya untuk membangun narasi baru mengenai kemitraan, stabilitas, dan pembangunan regional sebagai citra tandingan.
Namun, hubungan di balik layar ini tidak bebas dari ketegangan.
Emile Hokayem, Direktur Keamanan Regional di International Institute for Strategic Studies, memperingatkan bahwa meski AS berharap kerja sama militer bisa membuka jalan bagi normalisasi politik, realitasnya hubungan tersebut masih sangat rapuh.
"Serangan Israel ke Qatar salah satu mitra utama AS menimbulkan ketidakpercayaan yang mendalam. Bahkan jika kerja sama militer terus berjalan, luka politik dan diplomatik tetap terbuka," jelas Hokayem.
Centcom juga memproyeksikan masa depan kemitraan ini dengan membayangkan pembentukan Pusat Siber Gabungan Timur Tengah pada akhir 2026, yang akan menjadi pusat pelatihan dan koordinasi pertahanan siber kawasan.
Rencana lain termasuk Pusat Fusi Informasi untuk mengintegrasikan analisis dan operasi lintas negara.
BACA JUGA:Galaxy A17 Resmi Meluncur, Bikin Konten Estetik Makin Gampang di Harga Rp2 jutaan
Seorang mantan pejabat pertahanan AS menyatakan kepada media bahwa negara-negara Teluk memandang kerja sama ini sebagai bentuk pragmatisme strategis.
“Banyak dari mereka percaya Israel bisa bertindak sesuka hati tanpa konsekuensi berarti,” katanya.
Namun, sebagaimana diungkapkan Thomas Juneau, analis keamanan Timur Tengah di Universitas Ottawa, “negara-negara Teluk tetap sangat waspada terhadap potensi tindakan Israel yang tidak terkontrol, meski mereka bergantung penuh pada perlindungan AS dan sama-sama cemas terhadap Iran.”