NTB, DISWAY.ID — Pemerintah Venezuela mengumumkan mobilisasi besar-besaran pasukan dan peralatan militer sebagai respons terhadap meningkatnya kehadiran kapal perang dan personel Amerika Serikat di Laut Karibia.
Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino López, menyatakan bahwa latihan militer gabungan darat, laut, dan udara akan digelar hingga Rabu.
Ia menegaskan bahwa pengerahan ini merupakan respons terhadap apa yang disebutnya sebagai “ancaman imperialis” dari manuver militer AS di wilayah tersebut.
BACA JUGA:Peringati Hakordia 2025, Lombok Tengah Gaungkan Semangat Antikorupsi hingga ke Desa
“Instruksi ini langsung berasal dari Presiden Nicolás Maduro untuk memperkuat koordinasi, komando, dan kendali demi menjaga kedaulatan nasional,” kata Padrino López.
Selain pasukan reguler, latihan ini juga melibatkan Milicia Bolivariana, pasukan cadangan sipil yang dibentuk pada era Presiden Hugo Chávez dan dinamai dari pahlawan revolusioner Amerika Latin, Simón Bolívar.
Ketegangan Memuncak di Laut Karibia
Langkah Caracas muncul di tengah meningkatnya ketegangan dengan Washington.
Baru-baru ini, Amerika Serikat menempatkan kapal induk USS Gerald R. Ford, yang merupakan kapal induk terbesar mereka, di kawasan Komando Selatan AS yang mencakup sebagian besar wilayah Amerika Latin.
Kapal induk tersebut dikawal oleh dua kapal perusak berpeluru kendali, USS Bainbridge dan USS Mahan, serta kapal komando pertahanan udara dan rudal USS Winston S. Churchill.
Total lebih dari 4.000 pelaut dan sembilan skuadron udara dikerahkan.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, sebelumnya memerintahkan USS Gerald R. Ford untuk berlayar dari Eropa menuju Karibia akhir bulan lalu.
BACA JUGA:Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas Jadi Motivasi untuk UMKM Terus Bertumbuh di Era Digital
Washington menyatakan bahwa operasi ini bertujuan memerangi penyelundupan narkoba yang mengarah ke AS, tetapi Caracas menuding Amerika Serikat memanfaatkan alasan tersebut untuk menekan pemerintah Maduro dan berupaya melakukan perubahan rezim.
Beberapa pejabat pemerintahan Trump bahkan dikabarkan secara pribadi mengakui bahwa strategi mereka memang diarahkan untuk menyingkirkan Maduro.
Bulan lalu, Trump mengaku pernah memberi wewenang kepada CIA untuk beroperasi di Venezuela dan sempat menyebut kemungkinan melakukan serangan di dalam negeri tersebut, meski rencana itu kemudian dibantah pejabat AS.