Dokter RS Mata NTB Bantah Tudingan Malas, Soroti Masalah Manajemen

dr. Adriana Silvana Benni saat memberikan keterangan pers - Foto: Dok Disway NTB--
Mataram, DISWAY.ID – Sejumlah dokter di Rumah Sakit Mata NTB membantah tudingan Forum Rakyat NTB yang menuduh mereka tidak disiplin dan sering mangkir dari tugas. Mereka menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar dan merusak integritas tenaga medis yang bekerja langsung melayani pasien.
Salah satu dokter spesialis mata, dr. Adriana Silvana Benni, menyatakan dirinya hadir setiap hari sesuai tanggung jawab, dan kehadirannya tercatat resmi dalam absensi rumah sakit.
“Saya selalu masuk kerja sesuai tanggung jawab saya. Semua itu bisa dicek di absensi. Jadi tudingan itu tidak berdasar dan sangat merugikan,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (3/7).
Ia juga menepis anggapan bahwa para dokter enggan menjalankan tindakan medis. Menurutnya, operasi sering dilakukan tanpa menunggu jadwal tetap, demi mengakomodasi kebutuhan pasien dari pelosok daerah yang tak bisa bolak-balik ke Mataram.
“Prinsip kami, jangan sampai pasien dirugikan oleh sistem. Kalau pasien sudah selesai diperiksa dan memang membutuhkan tindakan segera, ya kami operasi saat itu juga. Bahkan hampir setiap hari kami melakukan tindakan. Bagaimana bisa dibilang malas?” tegasnya.
Soroti Ketimpangan Jasa Pelayanan
Tak hanya membantah tuduhan soal kedisiplinan, dr. Adriana juga menyoroti sistem manajemen di RS Mata NTB, khususnya terkait pembagian jasa pelayanan yang dinilai tidak adil. Ia menyebut dokter golongan IV B justru mendapat nilai jasa lebih rendah dari dokter magang atau tenaga honorer.
“Ini yang membuat kami kecewa. Kami sudah lama mengabdi, punya tanggung jawab besar, tapi nilai jasa kami justru lebih rendah dari yang statusnya magang. Ini tidak adil,” katanya.
Menurutnya, pembagian jasa seharusnya mengikuti skema 60:40 sesuai Peraturan Daerah 60 persen untuk rumah sakit dan 40 persen untuk tenaga medis. Namun manajemen RS Mata disebut justru mengikuti sistem RSUP NTB yang membagi secara merata, termasuk ke pegawai yang tidak terlibat langsung dalam pelayanan.
“Ini melenceng dari Perda. Dan kami sudah meminta agar dilakukan mediasi antara manajemen dan para dokter, tapi sampai sekarang tidak pernah digubris,” tambahnya.
Minta Pemprov NTB Turun Tangan
Dr. Adriana berharap Pemerintah Provinsi NTB turun tangan langsung mengevaluasi manajemen RS Mata. Ia menyayangkan adanya tudingan yang menyerang integritas dokter, tanpa melihat akar masalah yang sebenarnya.
“Pelayanan kami di lapangan tidak hanya soal hadir dan absen. Kami ini berhadapan langsung dengan pasien, menanggung beban psikologis, tanggung jawab medis, dan etika. Jadi ketika kami diperlakukan tidak adil oleh sistem, lalu dituduh pula malas, itu sangat menyakitkan,” ujarnya.
Ia juga mendesak agar Gubernur NTB dan Dinas Kesehatan membuka ruang mediasi dan transparansi, bukan hanya menanggapi tekanan dari luar yang tidak memahami situasi internal rumah sakit.
Sumber: