Harkitnas 2025, Wali Kota Mataram: Bangkit Itu Bukan Nostalgia, Tapi Perlawanan!

Dalam upacara resmi di Lapangan Sangkareang, Wali Kota Mataram H. Mohan Roliskana membacakan pidato Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Meutya Viada Hafid, --Pemkot Mataram
MATARAM, DISWAY.ID - Hari Kebangkitan Nasional ke-117 jadi momen membakar semangat: dari sejarah Budi Utomo hingga perlawanan digital masa kini.
Tanggal 20 Mei 2025 bukan hanya penanda kalender nasional.
Di Kota Mataram, peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-117 berubah menjadi momen kontemplatif yang menyentuh akar perjuangan dan relevansinya di era sekarang.
Dalam upacara resmi di Lapangan Sangkareang, Wali Kota Mataram H. Mohan Roliskana membacakan pidato Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Meutya Viada Hafid, dengan penekanan pada makna kebangkitan sebagai semangat perlawanan, bukan sekadar romantisme sejarah.
BACA JUGA: Epson Luncurkan EcoTank L3211 dan L3251, Karya Anak Bangsa dengan TKDN Tertinggi di Kelasnya
“Tepat pada tanggal 20 Mei 2025, kita sedang membuka kembali halaman penting dari sejarah perjuangan bangsa. Halaman yang ditulis bukan dengan tinta biasa, tetapi dengan kesadaran, semangat persatuan, dan keberanian untuk menolak terus dijajah,” tegas Wali Kota dikutip dari laman resmi Pemkot Mataram.
117 tahun lalu, di bawah bayang-bayang penjajahan, bangsa ini menyaksikan lahirnya Budi Utomo—sebuah organisasi yang menjadi simbol kesadaran nasional pertama.
Bukan sekadar organisasi pelajar, Budi Utomo menandai titik balik sejarah bahwa kemajuan bangsa tidak bisa terus disandarkan pada kekuatan asing. Inilah semangat kebangkitan: berdiri di atas kaki sendiri.
BACA JUGA:Wamenpora Taufik Hidayat Dorong Pendidikan Olahraga di Lombok Utara
Namun, Mohan Roliskana mengingatkan bahwa kebangkitan sejati tidak berhenti di masa lalu. Ia adalah semangat yang terus menyala dan menuntut respons nyata atas tantangan zaman.
Kebangkitan bukanlah peristiwa satu masa. Ia adalah ikhtiar hidup yang menuntut kita untuk tidak terjebak dalam romantisme, tapi berani menjawab tantangan—dari disrupsi teknologi, krisis pangan global, hingga ancaman terhadap kedaulatan digital,” ujarnya.
Dalam era dunia tanpa batas, di mana jarak tak lagi jadi hambatan, Indonesia ditantang untuk beradaptasi dan memimpin.
Prinsip politik luar negeri bebas aktif yang diwariskan sejak awal kemerdekaan kini dikukuhkan kembali.
Indonesia bukan hanya mitra yang bisa dipercaya (trusted partner), tetapi juga penggerak dialog produktif lintas bangsa.
Sumber: