Keistimewaan Hijab Rimpu, Simbol Identitas Perempuan Bima yang Satukan Budaya dan Keyakinan

Di balik lekukan kain yang anggun, rimpu bukan sekadar busana, melainkan cerminan jati diri perempuan Bima, Nusa Tenggara Barat.--SMPN 5 Bima
BIMA, DISWAY.ID - Di balik lekukan kain yang anggun, rimpu bukan sekadar busana, melainkan cerminan jati diri perempuan Bima, Nusa Tenggara Barat.
Dengan menutupi kepala dan dada namun membiarkan wajah terlihat, rimpu menjadi lambang kesopanan, kehormatan, dan kecantikan dalam bingkai budaya dan ajaran Islam.
Tradisi memakai rimpu telah tumbuh sejak abad ke-17, seiring datangnya pengaruh Islam ke wilayah Bima dikutip dari SMPN 5 Bima.
Menariknya, rimpu bukan semata-mata adopsi gaya berpakaian Islami, melainkan hasil adaptasi nilai-nilai Islam ke dalam kain tenun khas lokal yang sarat makna.
Dari sinilah lahir rimpu, busana yang awalnya hanya dikenakan kalangan bangsawan, kini menjadi bagian dari keseharian perempuan Bima lintas generasi.
BACA JUGA:Ketika 1.243 WNI Gagal Berangkat Haji Secara Ilegal: Imigrasi Ungkap Berbagai Modus
Jenis Rimpu dan Filosofinya
Secara umum, rimpu terbagi menjadi dua jenis berdasarkan status sosial dan usia pemakainya:
Rimpu Mpida, dikenakan oleh gadis yang belum menikah, biasanya menunjukkan lebih banyak penutupan dan kesederhanaan dalam motif.
Rimpu Biasa, dikenakan oleh perempuan yang telah menikah, dengan gaya lilitan dan motif yang lebih dewasa.
Bahannya pun bervariasi, dari katun hingga kain songket dan sutra, dihiasi beragam motif seperti bunga, garis geometris, hingga pola-pola simbolik khas Bima.
Cara mengenakan rimpu tidak sekadar lilitan kain, melainkan rangkaian gerakan yang sarat makna, menunjukkan rasa hormat dan kesadaran akan norma sosial.
BACA JUGA:Penerima BSU BPJS Ketenagakerjaan 2025, Cek Segera Apakah Anda Termasuk Penerima Subsidi Gaji
Dari Tradisi ke Identitas Wisata
Kini, rimpu bukan hanya warisan budaya—ia telah menjelma menjadi identitas visual Bima.
Pemerintah daerah aktif mempromosikan rimpu melalui:
Sumber: