Mataram, DISWAY.ID – Dentuman tambur dan gemulai gerak barongsai menyemarakkan Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII 2025 di Nusa Tenggara Barat. Untuk kesekian kalinya, Persatuan Liong dan Barongsai Seluruh Indonesia (PLBSI) secara resmi ikut serta dalam kompetisi tingkat nasional FORNAS, membawa warna budaya dan semangat kebersamaan dari delapan provinsi.
Ketua Umum PLBSI, Prof. Nurdin Purnomo, menyebut keikutsertaan dalam FORNAS sebagai momen bersejarah, setelah puluhan tahun organisasi ini bangkit dan berkembang pasca vakum. PLBSI sendiri telah berdiri sejak tahun 2000, namun sempat mengalami kevakuman akibat perubahan kebijakan kementerian.
“Dulu sempat vakum sejak zaman Gus Dur karena kementeriannya dibubarkan. Baru mulai hidup lagi sejak 2011 lewat Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI),” ujar Prof. Nurdin kepada wartawan, Selasa (30/7).
Dalam FORNAS ke-8 ini, PLBSI menurunkan peserta dari delapan provinsi, yakni DKI Jakarta, Sumatera Utara, Jambi, NTB, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten. Awalnya, sudah ada 14 provinsi yang mendaftar, namun beberapa batal hadir karena keterbatasan dukungan anggaran dan jauhnya lokasi penyelenggaraan di Lombok. Penyelenggaraan tersebut digelar selama dua hari dari tanggal 30-31 Juli.
“Biasanya kita gelar di wilayah Jawa. Jadi mobilisasi lebih mudah. Tapi ke Lombok ini agak berat, karena logistik barongsai dan liong itu besar, mahal, dan sulit dibawa,” katanya.
Dua kategori dipertandingkan dalam kompetisi kali ini yaitu Barongsai Tradisional dan Barongsai Tambun (penampilan bebas). Penilaian dilakukan berdasarkan 10 komponen, antara lain kostum, musik pengiring, kesulitan gerakan, dan kreativitas.
“Kami nilai mulai dari persiapan tim, properti, kekompakan, hingga nilai estetika dan teknik gerak. Ini bukan hanya olahraga, tapi pertunjukan seni dan budaya juga,” terang Prof. Nurdin.
Kompetisi barongsai dalam FORNAS VIII ini digelar di Mataram Mall, salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Mataram, yang disulap menjadi arena pertunjukan budaya yang atraktif dan memukau pengunjung.
PLBSI berharap keikutsertaan perdana ini menjadi langkah awal untuk memperkuat eksistensi liong dan barongsai sebagai bagian dari olahraga rekreasi yang berbasis budaya. Tak hanya menghibur, tetapi juga mempererat persatuan lintas etnis dan memperkaya khasanah FORNAS dengan seni tradisi.
“Kami ingin tunjukkan bahwa barongsai bukan hanya milik satu kelompok, tapi milik Indonesia. Di NTB ini, kami buktikan bahwa budaya bisa menyatu dalam semangat olahraga dan kebangsaan,” pungkasnya.
Teng-teng barongsai pun bergema di tanah Lombok. Warisan budaya yang selama ini akrab di perayaan Imlek, kini bergabung dalam arena olahraga nasional. Sebuah langkah kecil dengan gema besar: membawa seni tradisi ke pentas prestasi dan persatuan bangsa.