Salah satu yang ikonik adalah motif subhanale, bunga bersusun delapan yang melambangkan keindahan dan ketulusan spiritual, hasil perpaduan budaya lokal dan Islam.
Menenun dalam bahasa Sasak disebut tesesek, proses tradisional yang dilakukan secara manual.
Ini bukan sekadar keterampilan biasa—dulu, perempuan Sasak harus bisa menenun sebagai syarat menikah.
Minimal tiga kain harus selesai sebelum mereka dianggap siap membangun rumah tangga.
BACA JUGA:HUT ke-67 Lombok Barat, Gubernur NTB Janji Revitalisasi Pantai Senggigi
Kini, meski aturan adat itu tak seketat dulu, warisan keterampilan ini tetap dijaga.
Bahkan lebih dari itu, tenun Lombok sekarang juga jadi produk unggulan ekonomi kreatif.
Wisatawan yang datang ke Lombok menjadikannya oleh-oleh wajib, dan para desainer lokal pun mulai mengangkat tenun ini dalam busana modern seperti outer, blazer, hingga dress kekinian.
Tenun Lombok bahkan pernah tampil di ajang balap dunia—motifnya menghiasi tikungan 15 dan 16 di Pertamina Mandalika International Street Circuit.
Bukti bahwa tenun tradisional bisa menembus panggung global!
BACA JUGA:Wow! NTB Banjir Jagung April Ini, tapi BULOG Baru Bisa Serap 14%?
Perayaan Hari Kartini 2025
Hari Kartini adalah perayaan semangat perempuan Indonesia—kuat, berani, dan berbudaya.
Memilih tenun Lombok untuk merayakannya adalah cara cantik untuk menghidupkan semangat itu.
Kamu bukan hanya tampil menawan, tapi juga ikut menjaga warisan dan memberdayakan para pengrajin lokal.