Negeri ANABE: Bisikan, Kekacauan dan Pencarian Jiwa Sang Presiden- Bagian 1

Negeri ANABE: Bisikan, Kekacauan dan Pencarian Jiwa Sang Presiden- Bagian 1

--

"Presiden Japra harus tidur menghadap tenggara setiap malam untuk kejernihan berpikir."

"Anggaran pertahanan sebaiknya dibelikan alat musik dan digelar parade harpa."

"Transportasi rakyat lebih efektif jika menggunakan keledai."

Presiden Japra, yang awalnya sabar, sebenarnya mulai ragu dengan ulah para pembisik. Tapi ia tetap mendengarkan, karena ia percaya, “kebodohan kadang menyimpan kebijaksanaan.” Sayangnya, ia lupa menambahkan: “...tapi tidak selalu.”

Majelis Pelaksana

Struktur pemerintahan Anabe diisi oleh para Menteri Pelaksana, kepala-kepala majelis yang bertanggung jawab atas berbagai bidang: pendidikan, lingkungan, kesejahteraan, ekonomi, dan transportasi.

Awalnya, mereka bekerja selaras. Tapi ketika kursi Perdana Menteri Anabe sebagai koordinator antar-majelis tiba-tiba kosong karena pengunduran diri Lelana Gading, suasana di negeri Anabe pun berubah drastis.

Para menteri saling curiga. Mereka mulai bersaing, menjilat, dan saling menjatuhkan. hanya untuk mendapatkan kursi perdana menteri.

Menteri Tulisan menerbitkan buku otobiografi: "Saya Layak Memimpin".

Menteri Pemerintahan menyebarkan rumor "Lawan Jual Beli Jabatan".

Menteri Alam memasang baliho dirinya di seluruh Anabe bertuliskan "Bumi Lebih Butuh Saya".

Negara mulai oleng. Presiden Japra mulai bingung. Dan dalam kelelahan yang tak bisa ditutupi lagi, ia mengambil keputusan yang mengejutkan seluruh menteri yaitu memutuskan langsung pengganti Lelana Gading. (Bersambung)

 

Sumber: