Menelusuri Motif Tenun Tembe Nggoli, Jejak Budaya Leluhur dari Bima

Menelusuri Motif Tenun Tembe Nggoli, Jejak Budaya Leluhur dari Bima

Tembe Nggoli, kain tenun sarung tradisional yang menjadi identitas masyarakat Bima, Nusa Tenggara Barat.--DJKN Kemenkeu

BIMA, DISWAY.ID - Di balik bentang alam Bima yang menawan, tersimpan warisan budaya yang begitu memesona: Tembe Nggoli, kain tenun sarung tradisional yang menjadi identitas masyarakat Bima, Nusa Tenggara Barat.

Kain ini bukan hanya pelengkap busana, tetapi juga lambang dari nilai-nilai adat dan tradisi yang terus dijaga secara turun-temurun.

Tembe Nggoli dibuat dari benang katun atau kapas dan ditenun dengan alat tradisional oleh para perajin lokal.

BACA JUGA:Ribuan Pelari Serbu NTB, Event Rinjani 100 Jadi Sorotan 44 Negara!

Warna-warnanya cerah, dengan motif-motif khas yang menggambarkan kekayaan budaya dan simbol-simbol lokal.

Selain keindahan visualnya, kain ini juga memiliki keistimewaan fungsional—mampu menghangatkan tubuh saat udara dingin dan memberikan kesejukan saat cuaca panas.

Beragam jenis Tembe Nggoli digunakan untuk berbagai keperluan adat dikutip dari laman resmi DJKN Kemenkeu. 

Tembe Songke adalah sarung utama yang menjadi kebanggaan.

Sambolo, destar atau ikat kepala, biasanya dikenakan oleh laki-laki yang menginjak usia remaja.

Ada pula Weri atau ikat pinggang yang dibuat dari serat Malanta Solo, Baju Mbojo, dan selendang yang dikenakan pria maupun wanita dalam acara-acara adat atau pesta.

BACA JUGA:BTN Dukung Pembiayaan Rumah Bagi Karyawan Industri Media

Waktu pengerjaan Tembe Nggoli tidak singkat.

Satu helai kain bisa memakan waktu antara tiga bulan hingga satu tahun, tergantung pada kerumitan motifnya.

Harga jualnya pun bervariasi, mulai dari Rp150.000 hingga di atas Rp500.000.

Sumber: