LOMBOK, DISWAY.ID - Lebih dari sekadar kain, Tenun Subahnale adalah warisan budaya Lombok yang dikerjakan dengan hati, doa, dan ketekunan perempuan Sasak.
Di balik kemilau benang emas dan corak memikat Tenun Subahnale, tersimpan kisah yang tak banyak diketahui orang.
Ini bukan sekadar kain tradisional dari Lombok—ini adalah wastra yang dilahirkan dari lantunan doa, kerja keras, dan kecintaan pada budaya.
Saat tangan para wanita Sasak menari di atas alat tenun tradisional, bibir mereka tak henti mengucap lafaz Subhanallah dikutip dari laman resmi SMESCO.
Dari sanalah nama “Subahnale” berasal, menjadikan setiap helai benangnya mengandung makna spiritual yang dalam.
BACA JUGA:Dukung Program Nasional, Sekolah Rakyat Lombok Tengah Siap Dibangun di Lahan 10 Hektare
Keunikan Filosofis Tenun Subahnale
Tenun Subahnale tak hanya dikenal karena keindahan motif dan warna alaminya.
Lebih dari itu, kain ini adalah cermin jiwa masyarakat Sasak yang menjunjung tinggi nilai religiusitas dan kesabaran.
Proses pembuatannya yang rumit dilakukan dengan penuh ketelatenan, sembari berzikir memuliakan Tuhan.
Maka tak heran, siapa pun yang melihat hasil akhirnya akan spontan berucap, “Subhanallah.”
BACA JUGA:Pendidikan Bukan Proyek Titipan, Pemkot: SPMB 2025 di Mataram Tak Bisa Titip Nama
Tenun ini dibuat secara manual menggunakan alat tenun tradisional.
Benang-benangnya pun diwarnai dengan bahan alami seperti daun nila, akar kayu, kapur sirih, hingga sabut kelapa.
Tak hanya indah, kain ini juga ramah lingkungan—menjadikannya relevan di tengah tren fesyen berkelanjutan (sustainable fashion).
Tenun Subahnale lahir dari tangan-tangan perempuan Lombok yang bekerja dalam diam, namun menciptakan karya luar biasa.