Ayam Mati di Lumbung Padi, Organda Kembali Gelar Aksi Tolak Fornas VIII di Bandara Lombok

Organda Lombok Tengah Membuat Gerakan Jempol ke Bawah (Thumbdown) Sebagai Bentuk Penolakan Terhadap Fornas VII--
Lombok Tengah, Disway.id- Puluhan pengusaha transportasi lokal yang tergabung dalam Organda Lombok kembali menggelar aksi protes di bundaran pintu masuk Bandara Internasional Lombok (BIL), Senin (21/7/2025).
Aksi tersebut sebagai bentuk kekecewaan sekaligus penolakan terhadap pelaksanaan Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII di NTB yang dianggap tidak berpihak kepada pelaku transportasi lokal.
Ketua Organda Lombok Tengah, Lalu Basir, yang juga sebagai kordinator aksi mengatakan bahwa mereka merasa telah dihianati dan telah dibohongi oleh Panitia Fornas lantaran pesanan armada yangs eharusnya 100 unit turun ke 7 unit.
“Kami merasa dibohongi! Tiga bulan lalu kami diminta siapkan 100 unit mobil untuk Fornas. Semua armada sudah disiapkan, bahkan banyak yang sampai menolak pesanan dari tamu demi komitmen kepada Fornas. Tapi apa yang terjadi? Sekarang panitia hanya minta 7 armada. Ini penghinaan,” tegas Lalu Basir di tengah aksi.
Ia menyebut panitia telah zalim dan memperlakukan pelaku transportasi lokal seperti anak tiri. Ia bahkan menyebut langkah panitia sebagai bentuk pengkerdilan terhadap Organda Lombok. “Kami ada di sini, tetapi kenapa malah transport lain yang dipakai?,” kata Basir
Ayam Mati di Lumbung Padi
Lalu Basir menyesalkan keputusan panitia Fornas yang justru mendatangkan armada dari luar daerah untuk melayani ribuan peserta dan kontingen. Padahal, kata dia, NTB memiliki cukup banyak armada berstandar dan berpengalaman.
“Ini anggaran dari daerah, tapi yang dipakai transportasi dari luar. Ibaratnya, ayam mati di lumbung padi. Kami ini sudah siap, tapi malah disingkirkan,” katanya.
Ia menambahkan bahwa saat ini mereka telah mengaami kerugianBanyak pemilik travel yang sudah membatalkan pesanan demi komitmen kepada panitia, tapi akhirnya ditinggalkan begitu saja.
“Kami tidak terima. Ini perlakuan tidak adil. Kami akan terus aksi selama Fornas berlangsung,” ujar Basir, disambut sorakan dukungan dari peserta aksi.
Aksi Bisa Meluas
Basir mengatakan, bahwa aksi kali ini disebut baru awal. Jika tidak ada respons serius dari panitia atau Pemerintah Provinsi NTB, Organda mengancam akan melakukan aksi lanjutan yang lebih besar, bahkan bisa melibatkan armada dan keluarga besar pelaku transportasi di Lombok.
“Jangan salahkan kami kalau nanti pintu-pintu bandara diblokir armada kami. Ini bukan hanya soal mobil, ini soal harga diri pelaku lokal yang diabaikan di tanah sendiri,” tutup Basir.
Protes dari Organda menambah panjang daftar polemik dalam pelaksanaan Fornas VIII di NTB. Sebelumnya, pelaku travel dan organisasi masyarakat sipil juga menyoroti kurangnya transparansi anggaran, serta dominasi vendor dan penyedia layanan dari luar daerah.
Pelaksanaan Fornas yang semestinya menjadi kebanggaan NTB justru terancam dicederai oleh ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat. Sorotan kini tertuju pada panitia dan Pemerintah Provinsi NTB sebagai penanggung jawab event.
Akankah mereka mendengar suara lokal, atau terus berjalan dengan skenario yang membuat rakyatnya hanya jadi penonton?
Sumber: