BACA JUGA:Banjir, Deforestasi, dan Ancaman Digital Jadi Peringatan Keras Gubernur NTB
Buah ini hanya berbuah dua kali setahun, menjadikannya cukup langka dan dinantikan musimnya oleh para penikmat buah tropis.
Permintaan dari luar daerah pun mulai berdatangan, menjadikan Garoso tak sekadar buah lokal, tapi juga komoditas ekonomi yang menjanjikan.
Srikaya Garoso bisa tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi (100–1.000 mdpl), di berbagai jenis tanah.
Namun hasil terbaik diperoleh jika ditanam di tanah gembur berpasir dengan pH 5,5–7,5 dan kandungan bahan organik tinggi.
Berbeda dari banyak tanaman buah lainnya, Garoso tidak bisa dikembangbiakkan dengan cara dicangkok karena kulit batangnya yang terlalu tipis. Solusinya, petani menggunakan teknik okulasi atau grafting (sambung).
Teknik sambung dikenal lebih sukses dengan tingkat keberhasilan hingga 90%, namun membutuhkan lebih banyak mata tunas. Sementara okulasi lebih efisien dan bisa menghasilkan lebih banyak bibit dari jumlah tunas yang sama.
BACA JUGA:Menelusuri Motif Tenun Tembe Nggoli, Jejak Budaya Leluhur dari Bima
Perawatan dan Panen yang Tak Sulit
Menanam Garoso sebaiknya dilakukan saat awal musim hujan.
Bibit ditanam hati-hati, dan ditopang tiang agar tidak rebah terkena angin.
Untuk menjaga kelembaban tanah, petani menutup permukaan dengan cover crop, sambil menjaga area bawah tajuk tetap bersih dari gulma. Hanya dalam 7 bulan setelah tanam, pohon Garoso sudah bisa mulai dipanen.