Hal ini juga ditegaskan oleh Staf Ahli Menteri Luar Negeri bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia di Luar Negeri, Dubes R. Heru Hartanto Subolo.
"Pintu masuknya adalah gastro—kuliner sebagai alat diplomasi. Tapi bersamaan, kami menyisipkan aspek-aspek potensial lain yang bisa dijadikan ruang kolaborasi antara kedutaan asing dan stakeholder nasional," jelasnya.
Subolo menyebut, inisiatif ini merupakan wujud nyata konsep Indonesia Incorporated, di mana kekuatan diplomasi, budaya, dan ekonomi dikolaborasikan untuk memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.
Para peserta IGS 2025 tak hanya menikmati sajian khas Lombok, tetapi juga diajak menjelajahi berbagai lokasi unggulan NTB yang menyimpan potensi besar.
Dari pertemuan formal hingga sesi bincang ringan, komunikasi dengan para duta besar dan perwakilan asing berlangsung intens.
Sejumlah delegasi bahkan meminta kontak personal sebagai bentuk ketertarikan awal terhadap peluang investasi di NTB.
"Sekarang tinggal bagaimana kita menjaga dan memelihara komunikasi serta potensi kerja sama ini secara berkelanjutan," ujar Faozal.
NTB memang sedang berbenah dan membuka diri.
BACA JUGA:Ketua MPR RI Kunjungi Pesantren Internasional di Sumbawa, Gubernur NTB Bilang Begini di Depan Santri
Dengan berbagai event nasional dan internasional yang digelar di wilayahnya, seperti MotoGP Mandalika dan forum internasional lainnya, NTB membuktikan bahwa daerah ini bukan hanya destinasi wisata, tapi juga lahan subur bagi investasi global.
Ke depan, kegiatan seperti IGS akan terus diperkuat, tidak hanya sebagai ajang promosi budaya, tetapi juga sebagai strategi diplomasi ekonomi yang konkret.
Pemerintah daerah menyadari bahwa investasi tak datang tiba-tiba, tapi harus dirintis lewat hubungan yang kuat, pendekatan kreatif, dan kerja sama yang saling menguntungkan.