Hari Kartini 2025, Pesona Baju Adat Bima Tunjukkan Keanggunan dalam Balutan Budaya

Hari Kartini 2025, Pesona Baju Adat Bima Tunjukkan Keanggunan dalam Balutan Budaya

Di momen Hari Kartini 2025, Rimpu—pakaian khas perempuan Bima—muncul sebagai simbol kuat tentang kehormatan, kesopanan, dan kekuatan perempuan dalam bingkai tradisi.--Budayanesia

JAKARTA, DISWAY.ID - Nusa Tenggara Barat (NTB) menyimpan kekayaan budaya yang luar biasa, salah satunya terlihat dalam balutan baju adat Bima yang tak hanya anggun secara visual, tetapi juga penuh makna filosofis.

Di momen Hari Kartini 2025, Rimpu—pakaian khas perempuan Bima—muncul sebagai simbol kuat tentang kehormatan, kesopanan, dan kekuatan perempuan dalam bingkai tradisi.

BACA JUGA:Bukan Cuma Mandalika! Ini 5 Desa Wisata di Lombok yang Bikin Kamu Lupa Pulang

Rimpu: Kartini dari Timur

Dikutip dari laman Budayanesia, rimpu bukan sekadar pakaian tradisional.

Bagi masyarakat Bima, khususnya kaum perempuan, Rimpu adalah perwujudan nilai-nilai luhur: menjaga martabat, menunjukkan kesederhanaan, sekaligus mencerminkan kecantikan perempuan yang elegan tanpa perlu membuka aurat.

Dalam konteks Hari Kartini, Rimpu menjadi pengingat bahwa perjuangan perempuan Indonesia hadir dalam berbagai bentuk, termasuk melalui kain-kain yang membalut tubuh dengan makna.

BACA JUGA:Resep Kue Baeba, Bolu Legit Khas NTB Kaya Rasa Manis Gula Merah

Terdapat dua jenis Rimpu, yakni:

Rimpu Colo: lebih terbuka, memperlihatkan tangan.

Rimpu Mpida: menutup seluruh tubuh termasuk kepala, menyisakan bagian wajah.

Keduanya mencerminkan cara perempuan Bima menghormati adat dan memperjuangkan ruang aman dalam berpakaian, jauh sebelum wacana feminisme berkembang luas.

BACA JUGA:Bersih-Bersih Tambang Ilegal, Bupati Lotim Desak Perusahaan Patuhi Perizinan

Jejak Sejarah dan Simbol Sosial

Baju adat Bima telah eksis sejak abad ke-14, awalnya digunakan oleh keluarga kerajaan dan bangsawan sebagai simbol status sosial.

Seiring waktu, masyarakat umum mulai mengenakannya, terutama dalam upacara pernikahan, keagamaan, dan acara adat lainnya.

Pilihan motif dan warna pun sarat makna: merah melambangkan keberanian, putih untuk kesucian, dan motif tenun ikat yang terinspirasi dari alam menjadi penanda identitas lokal.

Sumber: