LOMBOK BARAT, DISWAY.ID – Seperti laga besar yang dinanti, pagelaran Seni Budaya Peresean di Taman Kota Gerung, Lombok Barat, benar-benar memanas di hari kedua dan ketiga.
Gelaran yang merupakan bagian dari rangkaian Hari Ulang Tahun ke-67 Kabupaten Lombok Barat ini, menyulut euforia warga dari berbagai penjuru Pulau Lombok.
Arena pertarungan penuh sorak, bahkan tak lagi mampu menampung penonton yang terus berdatangan.
BACA JUGA:Rahasia Dapur di Lombok, Sayur Ares dari Batang Pisang Rasanya Seenak Itu
Di tengah jadwal yang padat, Bupati Lombok Barat Lalu Ahmad Zaini tetap hadir menyaksikan laga demi laga.
Ia tak sekadar menonton, tetapi juga menunjukkan dukungannya langsung dengan memberi saweran kepada para pepadu—sebutan bagi para petarung Peresean.
"Ini bentuk komitmen kami untuk menghidupkan Taman Kota Gerung agar semakin ramai. Ke depan, kami rencanakan even semacam ini digelar dua kali sebulan, apalagi nanti kalau alun-alun sudah jadi," ujar Bupati Zaini penuh semangat.
BACA JUGA:Kadin Ungkap Indonesia Bisa Jadi
Pertarungan demi pertarungan menghadirkan tensi tinggi. Setiap rotan diayunkan dengan kecepatan dan presisi, sementara lawan harus cermat membaca gerak dan menangkis dengan perisai dari kulit kerbau.
Ini bukan hanya adu fisik, tetapi juga adu strategi dan stamina, layaknya pertandingan olahraga profesional.
Tak heran, sorakan penonton menggelegar setiap kali rotan mengenai sasaran atau ketika pepadu menunjukkan kelincahan menghindar.
Banyak dari mereka berdiri selama berjam-jam, rela berdesakan demi menyaksikan duel tradisional yang sarat makna ini.
BACA JUGA:Telkomsel Kehilangan Arah? Market Share Anjlok dan Investasi Digital Belum Cuan
Sakral, Kompetitif, dan Penuh Sejarah
Peresean bukan sekadar tontonan. Ia adalah bagian dari identitas budaya Suku Sasak yang telah diwariskan sejak abad ke-13.
Dahulu, Peresean dilaksanakan sebagai ritual adat untuk memanggil hujan ketika musim kemarau berkepanjangan.