Dialog Bareng Rocky Gerung Bahas Pokir Siluman DPRD NTB, Kepemimpinan, Hingga Masalah Tambang

Dialog Bareng Rocky Gerung Bahas Pokir Siluman DPRD NTB, Kepemimpinan, Hingga Masalah Tambang

Diskusi Rocky gerung di Lombok Timur, Foto: Ist--

Lombok Timur, Disway.id- Mantan anggota DPRD NTB, Najamudin Mustafa meggelar diskusi bersama pengamat politik kawakan Rocky Gerung. digelar pada Senin, 21 Juli 2025, di Montong Tangi, Lombok Timur.

Diskusi publik bertemakan “Pemimpin Itu Melayani, Bukan Dilayani” membahas berbagai persoalan seperti Korupsi, kepemimpinan nasional. Ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, aktivis, pemuda, hingga warga desa hadir dalam forum terbuka tersebut.

Dalam forum itu, Najamuddin menyampaikan dugaan adanya korupsi besar besaran yang terjadi di tubuh DPRD NTB. Ia menyebut adanya praktik “bagi-bagi uang” dalam pengelolaan dana Pokir yang kini sedang diselidiki oleh Kejaksaan Tinggi NTB.

“Sudah ada dua anggota dewan yang dipanggil kejaksaan,” ujar Najam.

(Dua anggota dewan yang dimaksud adalah  HK ketua Komisi IV dari partai Golkar dan IJU anggoa Komisi V dari partai Demokrat. Keduanya diketahui telah dipanggil Kejaksaan Tinggi NTB untuk dimintai klarifikasi terkait bagi bagi uang hasil penjualan Pokir 2025. Namun keduanya tidak hadir dengan alasan di luar kota)

“Negara hari ini mempertontonkan korupsi besar. Kita sebagai anak bangsa menjerit hanya sekadar untuk makan,” ucap Najamuddin. Ia menegaskan, sebagai mantan anggota DPRD, dirinya miris melihat praktik kemungkaran yang terus berlangsung tanpa ada keberanian untuk dihentikan secara sistemik.

Najamuddin meminta masyarakat ikut mengawal proses hukum kasus Pokir DPRD NTB agar tidak berhenti di tengah jalan. “Kita tidak berniat memenjarakan orang, tapi memberikan efek jera terhadap praktik korupsi,” tegasnya.

Akademisi Dr. Alvin Syahrin dalam forum tersebut menyoroti arah demokrasi Indonesia yang disebutnya telah dibajak oleh elit ekonomi. Ia mengutip teori servant leadership dan menyebut pemimpin ideal adalah mereka yang mendahulukan kepentingan publik di atas pribadi.

Menurut Alvin, demokrasi Indonesia tidak lagi mendahulukan etika, melainkan transaksional. “Orang-orang intelektual tidak memiliki akses masuk kekuasaan karena keterbatasan uang sebagai jalan,” ujarnya.

Rocky Gerung menambahkan bahwa demokrasi di Indonesia telah kehilangan arah karena dominasi logika anggaran. “Pemimpin yang tahu arah disebut leader, tapi yang paham anggaran jadi dealer,” ucapnya. Ia menegaskan bahwa saat ini banyak pemimpin lebih fokus pada transaksi politik daripada visi kebangsaan.

Rocky juga menyoroti kepemimpinan era Presiden Prabowo yang dinilainya belum keluar dari pola lama. Ia mengutip sorotan jurnalis internasional yang menyarankan agar dilakukan “radical break” atau pembenahan drastis di tubuh pemerintahan. “Bahasa kita reshuffle,” ucapnya.

Menurut Rocky, satu-satunya tempat kejujuran yang masih bertahan ada di kampus. Ia menilai kampus masih mampu menjaga tradisi berpikir berbasis data dan nalar. “Saya berharap pemuda di Lombok Timur ini bisa menjaga demokrasi agar tidak mati,” katanya.

Ia juga menyinggung potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia, khususnya tambang emas Freeport dan Newmont, yang idealnya mampu membiayai kehidupan masyarakat secara luas. Namun karena manajemennya buruk, kata dia, yang menikmati justru pemilik modal.

“Freeport bisa kita pakai 70 tahun ke depan, newmont bisa kita pakai untuk membiayai kehidupan gratis di Indonesia timur. Tapi itu potensi, masalahnya managenentnya enggak bagus-bagus,” kata Rocky

Diskusi tersebut berlangsung dinamis dan penuh antusiasme. Moderator membuka dua sesi tanya jawab karena banyak peserta yang ingin berdialog langsung dengan Rocky Gerung. Forum ini juga menjadi sorotan karena memuat kritik tajam terhadap dugaan Pokir siluman DPRD NTB dan menyeret nama-nama yang sedang dipanggil aparat penegak hukum.

 

Sumber: