Menelusuri Makna Busana Adat Sasak, Warisan Budaya NTB di Hari Kartini 2025

Menelusuri Makna Busana Adat Sasak, Warisan Budaya NTB di Hari Kartini 2025

Busana adat Sasak terdiri dari dua jenis utama: Pakaian Lambung untuk perempuan dan Pakaian Pegon untuk laki-laki.--Facebook/Injourney Tourism Development Corporation

Cappuq atau Sapuk: Ikat kepala yang melambangkan penghormatan kepada Tuhan.

Pegon: Jas tradisional yang menampilkan wibawa dan kesopanan.

Leang atau Dodot: Kain songket untuk menyelipkan keris, simbol pengabdian dan keberanian.

Kain Wiro: Penutup bagian bawah yang dililit dari pinggang ke mata kaki, melambangkan kerendahan hati.

Keris: Dikenakan dengan posisi tertentu, sebagai lambang kesatria.

Selendang Umbak: Sabuk khusus tokoh adat, simbol kasih sayang dan kebijakan.

BACA JUGA:Pendidikan Vokasi NTB Siap Bersaing Global, Gubernur Sebut Peluang Kerja di Jepang dan Eropa!

Puspa Aksara: Busana Sasak dalam Sentuhan Modern

Salah satu contoh nyata pelestarian budaya Sasak adalah busana rancangan Didiet Maulana untuk aktor Angga Yunanda, putra NTB, saat momen bahagia jelang pernikahan dengan Shenina Cinnamon.

Busana bernama Puspa Aksara ini memadukan kain songket motif Cungklik, sulaman emas, dan elemen adat seperti destar sapuk, Bunga Sandat, serta Bau Pegon bordir flora sebagai simbol cinta.

Busana Shenina berupa kebaya beludru hitam dengan sulam benang emas yang dibuat selama dua bulan, dilengkapi sabuk songket dan aksesori emas. Keduanya menunjukkan bahwa busana adat bisa tampil modern tanpa kehilangan nilai budaya.

BACA JUGA:Jadi Garda Terdepan Atasi Stunting, Posyandu di NTB Lebih Modern dan Ramah Anak

Merayakan Kartini Lewat Identitas Budaya

Di Hari Kartini 2025 ini, mengenal dan mengenakan busana adat seperti Pakaian Lambung dan Pegon merupakan bentuk penghargaan terhadap perempuan Indonesia dan akar budaya yang mereka warisi.

Karena di balik sehelai kain tenun dan sulaman emas, tersimpan nilai-nilai luhur yang membentuk jati diri bangsa.

 

Sumber: