Kuliner dan Budaya Jadi Magnet, Investasi NTB Kini Dilirik Dunia!

Kuliner dan Budaya Jadi Magnet, Investasi NTB Kini Dilirik Dunia!

Melalui ajang Indonesia Gastrodiplomacy Series (IGS) 2025 yang digelar di Lombok, NTB sukses menjadikan kuliner dan budaya lokal sebagai magnet baru investasi.--Pemprov NTB

LOMBOK TENGAH, DISWAY.ID – Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali mencuri perhatian dunia, bukan hanya lewat panorama alamnya, tapi lewat cita rasa dan kekayaan budayanya.

Melalui ajang Indonesia Gastrodiplomacy Series (IGS) 2025 yang digelar di Lombok, NTB sukses menjadikan kuliner dan budaya lokal sebagai magnet baru investasi.

Puluhan delegasi asing terpikat, sejumlah di antaranya bahkan langsung meminta kontak untuk penjajakan kerja sama. NTB pun kini menatap peluang lebih besar di panggung ekonomi global.

BACA JUGA:Bunga Satako, Sekuntum Makna dalam Sehelai Tenun Bima

Acara yang berlangsung selama tiga hari ini melibatkan berbagai kementerian dan lembaga strategis, termasuk Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemprov NTB, InJourney Tourism Development Corporation (ITDC), hingga maskapai Pelita Air.

Tidak hanya menjadi ajang promosi budaya dan pariwisata, IGS juga menjadi ruang diplomasi ekonomi yang konkret dikutip dari laman resmi Pemprov NTB. 

Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, yang diwakili oleh Asisten II Setda NTB, Lalu Mohammad Faozal, menyampaikan bahwa pelaksanaan IGS 2025 menuai respons positif dari para delegasi luar negeri.

Banyak di antara mereka yang baru pertama kali mengenal potensi NTB secara langsung, dan langsung menunjukkan ketertarikan terhadap peluang investasi di daerah ini.

BACA JUGA:Kadin Ungkap Nilai Perdagangan Indonesia-AS Bisa Tembus 80 Miliar Dolar Seusai Negosiasi Tarif

"Kita harus terus memelihara dan merawat citra NTB sebagai daerah yang siap dikunjungi, siap untuk investasi, dan punya SDM unggulan," kata Faozal saat membuka kegiatan.

Ia menegaskan bahwa NTB memiliki beragam sektor yang potensial untuk dikembangkan melalui kerja sama investasi.

Di antaranya adalah sektor budaya, wisata kuliner, kemaritiman, peternakan, perikanan, hingga sektor pariwisata yang sudah mulai bersinar lewat kawasan Mandalika.

Menariknya, pendekatan yang digunakan dalam IGS adalah diplomasi kuliner.

Lewat sajian makanan khas daerah, para peserta diajak memahami karakter dan kekayaan budaya lokal—sebuah cara halus namun efektif untuk membuka dialog ekonomi yang lebih luas.

Sumber: