Festival Kampo Mahawo 2025! Momen Penting Ketika Yenny Wahid Bicara Soal Gus Dur, Perempuan, dan Perdamaian

Festival Kampo Mahawo 2025! Momen Penting Ketika Yenny Wahid Bicara Soal Gus Dur, Perempuan, dan Perdamaian

Acara yang difasilitasi Wahid Foundation, bekerja sama dengan La Rimpu dan LP2DER, dihadiri langsung oleh Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, putri sulung Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).--Pemkab Bima

BIMA, DISWAY.ID - Warna-warni tradisi Bima kembali menghidupkan ruang publik—dan kali ini, panggung budaya itu menjadi bagian dari Festival Kampo Mahawo, sebuah festival yang membawa pesan penting: perdamaian, pemberdayaan perempuan, dan pelestarian nilai-nilai lokal.

Acara yang difasilitasi Wahid Foundation, bekerja sama dengan La Rimpu dan LP2DER, dihadiri langsung oleh Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, putri sulung Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Dalam pidato kebangsaannya, Yenny tidak hanya bicara program, tapi menyampaikan keterikatan emosional yang mendalam antara Wahid Foundation dan masyarakat Bima.

BACA JUGA:49 Pabrik Singkong di Lampung Patuhi Harga Dasar, DPRD dan PPTTI Apresiasi Kepatuhan Industri

“Masyarakat Bima telah sangat melekat di hati Wahid Foundation. Kami menggagas program sejak 2018, tapi interaksi dengan masyarakat Bima telah jauh berlangsung sebelumnya, dan kami berharap akan berlanjut terus di masa depan,” ujar Yenny dikutip dari laman resmi Pemkab Bima. 

Di hadapan para tamu undangan—termasuk Wakil Gubernur NTB Hj. Indah Dhamayanti Putri, Bupati Bima Ady Mahyudi, Wakil Bupati dr. H. Irfan Zubaidy, perwakilan UN Women, hingga pemuka desa-desa dampingan—Yenny menjabarkan konsep “Kampo Mahawo”, yang berarti “desa damai” dalam bahasa Bima.

Konsep ini bukan sekadar label, tapi merupakan inisiatif nyata untuk membangun komunitas inklusif, berketahanan, dan damai—dengan perempuan sebagai aktor utamanya.

BACA JUGA:Bob Yuan dan Leo Ye Hongli Juara GT World Challenge Asia 2025 Sirkuit Mandalika, Gubernur NTB Ucapkan Selamat

Festival ini menandai hadirnya pendekatan empat pilar yang diterapkan Wahid Foundation di Bima: pemberdayaan ekonomi, pencegahan konflik, penguatan peran perempuan, dan pembangunan lingkungan berkelanjutan.

“Nilai-nilai lokal masyarakat Bima seperti 'Ngaha Aina Ngoho' (mengelola alam dengan bijak), 'Maja Labo Dahu' (malu dan takut berbuat salah), dan 'Nggahi Rawi Pahu' (antara kata dan perbuatan harus sejalan), adalah fondasi yang sejalan dengan perjuangan Gus Dur,” terang Yenny.

Kata-kata itu seolah menyatukan semangat lokal dengan nilai-nilai universal yang diperjuangkan Gus Dur semasa hidupnya: tauhid, kesederhanaan, keberanian, dan kemanusiaan tanpa sekat.

BACA JUGA:Dukung Asta Cita Kesetaraan Gender, BTN Dorong Pemberdayaan Perempuan

Tak heran jika Yenny menyebut Bima sebagai contoh nyata di mana keberagaman bisa hidup berdampingan dalam harmoni.

Festival Kampo Mahawo tak hanya menjadi ajang seni dan budaya. Ia juga menjadi panggung edukasi sosial yang melibatkan langsung 9 desa di Kabupaten Bima (Dadibou, Kalampa, Ncera, Penapali, Rato, Renda, Roi, Roka, Samili) dan 3 kelurahan di Kota Bima (Dara, Paruga, Penato’i). Di sinilah kerja perdamaian dilakukan dari akar rumput.

Sumber: